Kepiawaian para pencipta dan pengembang batik
di Indonesia ratusan tahun lalu ternyata bukan hanya pada kedalaman kontemplasi
mereka dalam menuangkan falsafah kehidupan ke dalam motif-motif batik. Perjalanan
waktu juga membuktikan, batik dapat beradaptasi dengan suasana zaman.
Pekan lalu setidaknya
ada dua acara yang menandai kelenturan batik melalui perubahan zaman:
perkenalan produk batik melalui beberapa desainer disajikan dalam Jogja Fashion
week di JEC tahun lalu dan pergelaran batik kontemporer dalam mode karya desainer-desainer
ternama di Indonesia. Bila kita menggunakan motif-motif
tradisional batik yang kemudian dikomposisi ulang sesuai kebutuhan desain
pakaian dan dengan warna-warna mengikuti arah perubahan mode, maka afif syakur memilih
mengembangkan motif batik tradisional yang dipadupadankan dengan motif-motif abstrak
kontemporer.
Batik sendiri, baik sebagai teknik membuat motif maupun
sebagai ragam hias, telah membuktikan dirinya selalu mampu mengikuti perubahan waktu.
Meskipun ada masa pasang dan juga ada kalanya surut, batik tidak pernah
benar-benar hilang dari kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam era
globalisasi di mana informasi tersebar seketika, penerimaan pada batik
Indonesia semakin meluas. Meskipun Malaysia sempat mengakui batik sebagai
miliknya.
Tiap kawasan memiliki karakter konsumen berbeda. Seperti diungkapkan
oleh teman saya yang juga merupakan salah satu pengurus Paguyuban Batik Tulis Giriloyo beberapa tahun yg lalu yang mengikuti pameran di Singapura. Ia
mengatakan “di Singapura, pembeli kurang cocok dengan baju batik yang coraknya
terlalu ramai. Mereka lebih suka 'sentuhan batik, dan sebaiknya batik disajikan
dalam bentuk busana yang disesuaikan dengan ukuran badan orang-orang Singapura”
tandasnya.
Meski demikian,
yang sering luput dari perhatian adalah para perajin batik. dalam diskusi oleh
Ikatan Perancang Mode Indonesia, Yayasan Batik Indonesia, dan Dinas Pariwisata
DKI akhir tahun lalu, sejumlah pengusaha batik meminta perhatian untuk nasib
para perajin batik perseorangan yang bekerja di kampung-kampung.
Mengubah minyak tanah menjadi gas upanya memengaruhi cara mereka memasak lilin alam
yang berakibat turunnya roduksi mereka. Karena pemerintah ingin mengangkat
kesejahteraan masyarakat melalui industri reatif, hal yang elihatan sepele ini mestinya
juga mendapat antuan dalam alih teknologinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tulis komentar anda dengan singkat, padat..