DUNIA BATIK kita diwarnai dengan berbagai
gejolak, antara lain yang berkaitan dengan HKI maupun yang berhubungan dengan
lingkup perbatikan sendiri, seperti tekstil motif batik (printing). Tidak
adanya kejelasan penanganan masalah HKI, menimulkan interprestasi kreatifitas,
khususnya di dalam bahan, desain corak dan motif, terpengaruh juga dengan
dinamika pasar global. Dengan perkembangan teknologi, bentuk pasar batikpun
mulai berubah, selain pasar fisik muncul juga pasar on-line. Sedangkan di sisi
produksi selain masalah produktifita an tenaga krja, berkembang penggunaan atau
persenyawaan (chemistry) antara tenun,
printng ddan pembatikan. Masa depan batik akan sangat ditentukan dengan
pendekatan Branding dan pengamanan supply chain, kalau ingin bertahan global.
Puncak kejayaan batik pada
dasawarsa 70-80an dan kemudian dilanda
munculnya “batik” printing di era tahun 90an yang kemudian berimbas pada
berkurangnya kegiatan perbatikan dan kemudian diperparah dengan adanya
krisis ekonomi 1997/1998 sementara
printing terus melaju pesat menembus
pasar batik tradisional.
Di sisi lain perkembangan dan
pemanfaatan teknologi komputer untuk mendesain motif baru yang sudah mulai
diterapkan, pada saatnya akan diikuti oleh proses penggambaran secara langsung
ke dalam kain, dengan memanfaatkan printer besar atau plotter. Ditambah lagi
dengan dimulainya pemanfaatan canting listrik (karena minyak semakin langka dan
bahkan hilang di pasaran), sebuah bayangan yang mengerikan adalah dipemakaian plotter
yang langsung memakai malam/lilin dan dilakukan sekaligus dengan beberapa canting seacara bersamaan. Hal
ini terjadi kalau yang menjadi acuan hanya produktivitas. Dan ini sangat
mungkin terjadi. Jadi pilihannya adalah bagaimana kita menempatkan batik tulis
khususnya sebagai branded produk, atau sebagai produk seni-budaya dari
segala aspeknya, seperti perlindungan HKI, perlindungan budaya, perdagangan dan
tidak diberlakukan sebagai barang biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tulis komentar anda dengan singkat, padat..